Bila dan bagaimana ibubapa dikategorikan sebagai ibubapa ‘derhaka’,

Kerap kali kita dis0gokkan dengan kisah anak derhaka kepada ibubapa.

Malah tidak keterlaluan jika dikatakan topik Derhaka pada kedua ibu bapa merupakan d0sa besar yang p0pular yang selalu diperingatkan dalam pembahasan khutbah, agama dan sebagainya.

Tetapi sedarkah pembaca semua ,ibubapa juga boleh menjadi ‘derhaka’ kepada anak-anak mereka.

“Redha Allah pada redha orang tua dan murka Allah pada mu.rka orang tua.” (HR. Al Baihaqi)

Dalam hadis Rasulullah SAW diatas memang sudah sering di dengar kaum muslim yang isinya menjelaskan keagungan kedudukan ibu bapa dalam Islam.

Akan tetapi, terdapat segelintir  ibu bapa yang sering berlebihan dalam mengertikan hadis tersebut.

Semua hal yang terjadi mengharuskan anak-anak tetap taat pada orangtua mereka termasuk jika anak sedang berusaha melakukan syariat sedangkan ibu bapa melakukan kesalahan , anak tetap wajib untuk taat pada ibu bapa.

Ini tentunya adalah pemahaman yang sangat salah .

Islam merupakan jalan hidup syumul dan menyeluruh yang tidak menghendaki umat muslim hanya menuruti haknya saja, namun kewajiban juga harus dijalani.

Dalam masalah ini, ibu bapa punya kewajiban besar dalam mendidik, membesarkan dan membimbing sesuai dengan syariat Islam.

Rasulullah SAW bersabda, “Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawab atas mereka.

Seorang isteri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggungjawab atas mereka.” [HR. Bukhari].

Dalam Al Quran sendiri juga sudah menjelaskan tentang perlunya kasih sayang diantara ibu bapa pada anaknya.

Rasulullah SAW bersabda, “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Muhammad bin Aban, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Muhammad bin Ishaq dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakaknya, ia berkata; bersabda:

Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak mengasihi anak-anak kecil dan tidak pula menghormati para orang tua kami.”   

Diriwayatkan seorang lelaki menemui Umar bin Khathab untuk menceritakan sikap anak d.erhaka dalam Islam yang dilakukan anaknya dan kemudian Umar memanggil anak tersebut kemudian menegur apa yang sudah dilakukan anak tersebut.

Anak itu kemudian bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak memiliki hak atas orang tuanya?” dan Umar membenarkan perkataan anak tersebut menjelaskan jika haknya adalah memilihkan calon ibu yang baik untuknya, memberi nama baik dan mengajari tentang Al Quran.

Anak tersebut kemudian berkata, “Wahai Amirul Mukminin, ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang tuan sebutkan itu. Ibuku wanita berkulit hitam bekas budak beragama Majusi. Ia menamakanku Ju’lan (tikus atau curut), dan dia tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an.

Umar lalu memandangi orang tua tersebut lalu berkata, “Engkau datang mengadukan kedur.hakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”

 

Sebagai ibubapa kita tidak boleh beranggapan sebagai orang tua kita boleh memperlakukan seenaknya kepada anak sebab orang tua memiliki tanggung jawab tidak hanya dalam  melahirkan, namun berbagai penyebab lainnya di dunia.

Segala keperluan mulai dari kasih sayang, makanan, pakaian, tempat bernaung dan juga pendidikan anak dalam islam menjadi kewajiban ibu bapa terhadap anaknya.

Perkataan yang menyinggung hati anak akan hanya membuat si anak menjadi seperti yang si ibubapa katakan.

Ini sangat berba-haya kerana kata-kata dari si ibu bapa boleh menjadi doa untuk anaknya. Sebaiknya sebutlah  perkataan positif  agar membuat anak lebih berkeyakinan diri.

Islam sangat menent4ng keker-asan terhadap anak dan bahkan sampai tidak memperlihatkan kasih sayang juga dilar4ng dalam Islam.

Saat Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali dan duduk bersama Aqra bin habis, Al Aqra kemudian berkata,

”Saya mempunyai sepuluh anak, tidak seorangpun di antara mereka yang pernah saya cium”. Rasulullah memandang kepadanya, kemudian berkata: ”Siapa yang tidak mengasihi tidak akan di kasihi”. [Shahih Bukhari jilid IV, hadis ke 1696].

Perbuatan memisahkan agama dari kehidupan keluarga, masyarakat dan juga negara akan menyebabkan terbentuknya individu yang tidak memiliki perasaan.

Keker-asan yang di terima anak anak dalam bentuk fisik dan juga psikis menjadi bukti jauhnya orang tua dalam ilmu mendidik anak-anak. 

Ibubapa yang beriman tidak akan pernah tegar untuk menyak1ti hati anak hanya untuk melampiaskan rasa amarahnya, menghan-curkan karakter anak bahkan dalam separuh k3s, boleh membu.nuh perasaan si anak.

Islam selalu menyuarakan perlindungan dan juga kasih sayang untuk anak anak seperti yang sudah diperlihatkan Rasulullah SAW terhadap anak anak-Nya dan juga cucu bahkan sampai anak dari para sahabat. 

Dalam Al Quran, Allah juga sudah memberi landasan serta model universal dalam urusan mendidik anak perempuan dan lelaki.

Allah SWT sangat menekankan pentingnya ketaatan seorang anak pada orang tua dan berbuat baik untuk ibu dan ayahnya, dan semua ini juga berkaitan dengan hubungan timbang rasa.

Orang tua yang hanya mendidik anak sekadarnya tanpa memperhatikan nilai dari kasih sayang moral dan juga keimanan, maka balasan yang akan diterima orang tua juga hanya sekadarnya sahaja.

Seorang ilmuwan pernah berkata, “Bila terlihat ker0sakan pada diri anak-anak, majoriti penyebbnya adalah bersumber dari orang tuanya”

Bekal nilai Islam yang sudah ditanamkan sejak awal pada anak akan menjadi batasan baginya untuk tidak melakukan kez4liman dan melindungi anak tersebut dari perbuatan tidak baik yang dilakukan orang lain.

Berkata Amirul Mukminin Ali ra, 

“Ajarilah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian kebaikan dan bimbinglah mereka.”

Cara mendapatkan jodoh seperti yang digariskan oleh Islam turut menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan sebab akan menentukan kualiti dari keturunan.

Islam mengajarkan untuk tidak memulai rumah tangga dengan z1na kerana hamil di luar nikah bukan cara baik untuk mendapatkan zuriat yang baik juga.

Saat sedang mengandung, ibu juga dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al Quran dan berzikir yang boleh mendekatkan diri pada Allah SWT.

Janin yang mendengar segala hal baik, maka Insya Allah akan melahirkan insan yang berperibadi  baik juga.

“Janganlah kalian menyumpahi diri kalian, dan jangan pula menyumpahi anak-anak kalian dan harta kalian, kerana kalian tidak mengetahui saat permintaan (do’a) dikabulkan sehingga Allah akan mengabulkan sumpah itu” [HR.Muslim].

Namun pada kenyataannya, banyak ibubapa yang suka melaknat dan menyumpahi anak mereka meskipun dengan alasan tidak memiliki maksud seperti itu.

Nauzubillah, semoga kita semua dijauhkan dari menjadi ibubapa derh4ka. 

 

 

 

 

Sumber:Dakwah santai